HIRSCHSPRUNG DISEASE
A. Definisi:
Penyakit
hirschprung di karakteristikan sebagai tidak adanya sel ganglion di pleksus
myenterikus (auerbach’s) dan submukosa (meissner’s). Pengertian mengenai hirschprung atau
mega colon yaitu penyakit yang tidak adanya sel-sel ganglion dalam rectum atau
bagian rektosigmoid colon. Dan ketidakadaan ini menimbulkan keabnormal atau
tidak adanya peristaltik serta tidak adanya evakuasi usus spontan. Penyakit
hirschprung atau ega kolon adalah kelainan bawaan penyebab gangguan pasase usus tersering pada
neonatus dan kebanyakan terjadi 3 kg , lebih banyak laki-laki pada bayi aterrn dengan berat lahir dari pada
perempuan. dapat disimpulkan penyakit Hirschprung adalah sebuah kelainan bawaan
lahir akibat kerusakan karena tidak sempurnanya system kerja usus.
B. Insidensi:
Penyakit
hirschprung dapat terjadi dalam 1:5000 kelahiran. Risiko tertinggi terjadinya
Penyakit hirschprung biasanya pada pasien yang mempunyai riwayat keluarga
Penyakit hirschprung dan pada pasien penderita Down Syndrome. Rectosigmoid
paling sering terkena sekitar 75% kasus, flexura lienalis atau colon
transversum pada 17% kasus.
Anak kembar dan adanya riwayat keturunan meningkatkan
resiko terjadinya penyakit hirschsprung. Laporan
insidensi tersebut bervariasi sebesar 1.5 sampai 17,6% dengan 130 kali lebih
tinggi pada anak laki dan 360 kali lebih tinggi pada anak perempuan. Penyakit
hirschsprung lebih sering terjadi secara diturunkan oleh ibu aganglionosis
dibanding oleh ayah. Sebanyak 12.5% dari kembaran pasien mengalami aganglionosis
total pada colon (sindroma Zuelzer-Wilson). Salah satu laporan menyebutkan
empat keluarga dengan 22 pasangan kembar yang terkena yang kebanyakan mengalami long
segment aganglionosis.
C.
Etiologi
Penyakit
Hirschsprung disebabkan karena kegagalan migrasi sel-sel saraf parasimpatis
myentericus dari cephalo ke caudal. Sehingga sel ganglion selalu tidak
ditemukan dimulai dari anus dan panjangnya bervariasi keproksimal. Adapun yang menjadi penyebab
hirschprling atau mega colon itu sendiri adalah diduga terjadi karena factor
genetic dan lingkungan sering terjadi pada anak dengan Down sydrom, kegagalan
sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi, kranio
kaudala pada myntrik dan sub mukosa dinding plexus.
D. Anatomi dan fisiologi colon
Rektum
memiliki 3 buah valvula: superior kiri, medial kanan dan inferior kiri. 2/3
bagian distal rektum terletak di rongga pelvik dan terfiksasi, sedangkan 1/3
bagian proksimal terletak dirongga abdomen dan relatif mobile.
Kedua bagian ini dipisahkan oleh peritoneum reflektum dimana bagian anterior
lebih panjang dibanding bagian posterior. Saluran anal (anal canal)
adalah bagian terakhir dari usus, berfungsi sebagai pintu masuk ke bagian usus
yang lebih proximal; dikelilingi oleh sphincter ani (eksternal dan internal)
serta otot-otot yang mengatur pasase isi rektum ke dunia luar. Sphincter ani
eksterna terdiri dari 3 sling : atas, medial dan depan.
Persarafan
motorik spinchter ani interna berasal dari serabut saraf simpatis (N.
hipogastrikus) yang menyebabkan kontraksi usus dan serabut saraf parasimpatis
(N. splanknicus) yang menyebabkan relaksasi usus. Kedua jenis serabut saraf ini
membentuk pleksus rektalis. Sedangkan muskulus levator ani dipersarafi oleh N.
sakralis III dan IV. Nervus pudendalis mempersarafi sphincter ani eksterna dan
m.puborektalis. Saraf simpatis tidak mempengaruhi otot rektum. Defekasi
sepenuhnya dikontrol oleh N. N. splanknikus (parasimpatis). Akibatnya
kontinensia sepenuhnya dipengaruhi oleh N. pudendalis dan N. splanknikus pelvik
(saraf parasimpatis).
Sistem saraf otonomik
intrinsik pada usus terdiri dari 3 pleksus :
1.
Pleksus Auerbach : terletak diantara lapisan otot sirkuler dan longitudinal
2.
Pleksus Henle : terletak disepanjang batas dalam otot sirkuler
3.
Pleksus Meissner : terletak di sub-mukosa
Pada penderita penyakit Hirschsprung, tidak
dijumpai ganglion pada ketiga pleksus tersebut.
E. Patogenesis:
Kelainan pada penyakit ini berhubungan dengan
spasme pada distal colon dan sphincter anus internal sehingga terjadi
obstruksi. Maka dari itu bagian yang abnormal akan mengalami kontraksi di
segmen bagian distal sehingga bagian yang normal akan mengalami dilatasi di
bagian proksimalnya. Bagian aganglionik selalu terdapt dibagian distal rectum.
Istilah congenital aganglionic mega colon menggambarkan adanya kerusakan primer
dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding sub mukosa kolon distal. Segmen
aganglionic hampir selalu ada dalam rectum dan bagian proksimal pada usus
besar. Ketidak adaan menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya gerakan tenaga
pendorong (peristalik) dan tidak adanya evakuasi usus spontan serta pinkter
rectum tidak dapaht berelaksasi sehingga mencegah keluarnya fases secara normal
yang menyebabkan adanya akumulasi pada usus dan distensi pada saluran cerna.
Bagian proksimal sampai pada bagian yang rusak pada mega colon. Semua ganglion
pada intramural plexus berguna untuk control kontraksasi peristaltic secara
normal. Isi usus mendorong ke segmen aganglionik dan fesess eterkumpul didaerah
tersebut, menyebabkan terdilatasinya bagian usus yang proksimal terhadap daerah
itu karena terjadi obstruksi dan menyebabkan dibagian colon tersebut melebar. Dasar
patofisiologi dari HD adalah tidak adanya gelombang propulsive dan abnormalitas
atau hilangnya relaksasi dari sphincter anus internus yang disebabkan
aganglionosis, hipoganglionosis atau disganglionosis pada usus besar.
1. Hipoganglionosis
Pada
proximal segmen dari bagian aganglion terdapat area hipoganglionosis. Area
tersebut dapat juga merupakan terisolasi. Hipoganglionosis adalah keadaan
dimana jumlah sel ganglion kurang dari 10 kali dari jumlah normal dan kerapatan
sel berkurang 5 kali dari jumlah normal. Pada colon inervasi jumlah plexus
myentricus berkurang 50% dari normal. Hipoganglionosis kadang mengenai sebagian
panjang colon namun ada pula yang mengenai seluruh colon.
2. Imaturitas dari sel
ganglion
Sel
ganglion yang imatur dengan dendrite yang kecil dikenali dengan pemeriksaan LDH
(laktat dehidrogenase). Sel saraf imatur tidak memiliki sitoplasma yang dapat
menghasilkan dehidrogenase. Sehingga tidak terjadi diferensiasi menjadi sel
Schwann’s dan sel saraf lainnya. Pematangan dari sel ganglion diketahui
dipengaruhi oleh reaksi succinyldehydrogenase (SDH). Aktivitas enzim ini rendah
pada minggu pertama kehidupan. Pematangan dari sel ganglion ditentukan oleh
reaksi SDH yang memerlukan waktu pematangan penuh selama 2 sampai 4 tahun.
Hipogenesis adalah hubungan antara imaturitas dan hipoganglionosis.
3. Kerusakan sel
ganglion
Aganglionosis
dan hipoganglionosis yang didapatkan dapat berasal dari vaskular atau
nonvascular. Yang termasuk penyebab nonvascular adalah infeksi Trypanosoma
cruzi(penyakit Chagas), defisiensi vitamin B1, infeksi kronis
seperti Tuberculosis. Kerusakan iskemik pada sel ganglion karena aliran darah
yang inadekuat, aliran darah pada segmen tersebut, akibat tindakan pull through
secara Swenson, Duhamel, atau Soave.
ΓΌ Tipe Hirschsprung’s Disease:
Hirschsprung dikategorikan berdasarkan seberapa banyak
colon yang terkena. Tipe Hirschsprun disease meliputi:
o Ultra short segment: Ganglion
tidak ada pada bagian yang sangat kecil dari rectum.
o Short segment: Ganglion tidak ada
pada rectum dan sebagian kecil dari colon.
o Long segment: Ganglion tidak ada
pada rectum dan sebagian besar colon.
o Very long segment: Ganglion
tidak ada pada seluruh colon dan rectum dan kadang sebagian usus kecil.
F. Menifestasi Klinis
Bayi baru lahir tidak bisa mengeluarkan
meconium dalam 24-28 jam pertama setelah lahir. Tampak malas mengkonsumsi
cairan, muntah bercampur dengan air empedu dan disertai abdomen.
Gejala
penyahkit hirschprling adalah obestruksi, rendah bayi dengan penyakit
hirschprling dapat menunjukkan gejala klinis abdomen sebagai berikut:
a. Konstipasi
b. Tinja seperti pita berbau
busuk
c. Disertai abdomen
d. Adanya masa difecal sapat
dipalpasi
e. Bisanya tampak kurang
nutrisi dan anemia
Pada
masa pertumbuhan usia 1-3 tahun, gejala klinis yang timbul yaitu :
a. Tidak dapat meningkatnya
berat badan
b. Konstipasi (sembelit)
c. Pembesaran perut (perut
menjadi buncit)
d. Diare cair yang keluar
seperti disemprot
e. Demam dan kelelahan adalah
tanda-tanda dari radang usus halus dan dianggap sebagai keadaan yang serius dan
dapat mengancam jiwa.
Pada
anak diatas usia 3 tahun, gejala klinis yang muncul,seperti :
a. Konstipasi
b. Kotoran berbentuk pita
c. Berbauh busuk
d. Pembesaran perut
e. Pergerakan usus yang dapat
terlihat oleh mata seperti gelombang
f. Menunjukkan gejala
kekurangan gizi dan anemia
Komplikasi
:
a. Obstruksi usus
b. Konstipasi
c. Ketidak seimbangan cairan
dan elektrolit
d. Entrokolitis
e. Struktul anal inkontinensial